Selasa, 21 Februari 2012

Contoh Proyek IT

Contoh Proyek TI yang gagal

Perkembangan Teknologi Informasi saat ini sangatlah pesat. Semua organisasi/perusahaan berlomba-lomba menginvestasikan dana mereka kedalam proyek IT yang modern untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses bisnisnya yang akhirnya akn menguntungkan perusahaan/organisasi tersebut. Termasuk birokrasi , saat ini juga telah beralih ke teknologi informasi dalam menjalankan tugas kepemerintahan yang diaanggap akan mempercepat pelayanan kepada masyarakat dan keefektivitasan serta efisiensi akan tercapai.
Pemda Cirebon , dalam hal ini sebagai eksekutif kabupaten Cirebonmembuat suatu gebrakan pelayanan kependudukan dengan menggunakan teknologi informasi.  Dimana program Information Teknology (IT) Departemen Dalam Negeri (Depdagri) di anggarkan dalam APBD Kab.Cirebon sebesar Rp. 1.3 Milyar pada Dinas Kependudukan Catatan Sipil dan Keluarga Berencana (Disdukapil) . Dengan teknologi ini diharapkan peningkatan pelayanan kepada masyarakat Cirebon akan meningkat.
Tetapi dalam pelaksanaannya, proyek IT  ini dinilai gagal total Pasalnya, program yang dianjurkan Menteri dalam Negeri tahun 2006 lalu ini seharusnya sudah sudah online. Namun hingga kini, proyek yang dikerjakan CV. Zapa Trill Utama Semarang ini, belum optimal sama sekali. Pengurusan pembuatan KTP (kartu tanda penduduk) dan KK (kartu keluarga) masih mengunakan sistem manual, orang orang pegawai kecamatan masih sering wara wiri untuk mengantarakan data data pemohon KTP.
Menurut Kepala Disdukcapil Kabupaten Cirebon Drs. Rahmat Sutrisno,MSi kepada SC berhubung saya baru menjabat sebagai Kadis maka permasalahan IT tersebut masih kurang paham, bahkan ketika SC menanyakan online IT kapan bisa maksimal ? Kadis justru balik tanya kepada Suara Cirebon bahwa Online tuh apa sih mas. Biar nanti dijelaskan oleh bagianya. ungkapnya.
Menurut penulis kegagalan proyek IT pada Pemda Cirebon ini dikarenakan : 
  • Manajemen proyek yang buruk: Ketidakjelasan tanggung jawab karena banyaknya kepemilikan proyek; tidak adanya atau lemahnya pengawasan; pengadaan yang tidak efektif.
  • Dominasi politik dan kepentingan pribadi: Fokus dari pemain utama terhadap kebutuhan dan tujuan personal, sering berkenaan dengan “permainan politik”, dengan gejala seperti perkelahian di dalam, resistensi karena takut kehilangan kekuasaan, kehilangan sumber pendapatan ilegal serta korupsi.Rancangan yang tidak realistis/buruk: Terutama disebabkan kurangnya masukan dari stakeholder lokal, mengarah pada rancangan yang terlalu teknis, terlalu ambisius, atau ketidakcocokan dengan lingkungan (budaya, nilai) dan kebutuhan lokal; terutama terjadi dimana donor, perusahaan dan konsultan asing terlibat. Masalah rancangan lainnya: kurangnya piloting, kurangnya struktur organisasi yang cocok. 
  • Kurangnya kompetensi yang diperlukan: Kurangnya pengetahuan dan keahlian IT para pengembang, pekerja dan pengguna/operator; kurangnya pengetahuan lokal pada pengembang.
Sumber : http://seputarcirebon.blogspot.com/2009/04/proyek-it-disdukcapil-gagal.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar