Film Gung Ho merupakan film produksi tahun 1980-an dimana film ini merupakan perpaduan antara Amerika dan Jepang . Dengan Micael Keagan sebagai Hunt Stevenson adalah tokoh sentral dalam film ini. Dimulai dari kebangkrutan suatu pabrik perakitan mobil lokal di Hadleyvile yang merupakan sumber ekonomi bagi penduduk kota Hadleyville. Untuk menyelamatkan perekonomian kota tersebut maka diutuslah Hunt Stevenson ke Tokyo untuk bernegoisasi dengan Assan Motors agar membuka kembali pabrik tersebut sehingga perekonomian kembali berjalan di Hadleyville.
Sesampainya di Tokyo , Hunt sedikit kesulitan mencari markas Assan Motors. Selama perjalanan menuju Assan Motors, Hunt melihat keadaan Tokyo yang berbeda dari Amerika, baik budaya maupun kedisiplinannya. Di Tokyo inilah Hunt bertemu pertama kali dengan Oishi Kazihiro (Gedde Watanabe) yang merupakan kelak akan menjadi partner kerja Hunt Stevenson. Hunt melihat Oisi Kazihiro sedang melakukan sesuatu yang menurut Hunt aneh. Oisi Kazihiro sedang mengikuti latihan mental dan fisik bagi manager yang gagal. Oisi Kazihiro terlalu lunak pada pekerjaannya sehingga dia diwajibkan mengikuti latihan kembali dan ini merupakan kesempatan terakhir bagi Oishi Kazihiro. Disini dapat kita lihat awal perbedaan budaya kerja Jepang dan Amerika. Hunt pun memulai presentasi nya kepada pihak Assan Motors. Dengan gaya Amerika nya Hunt mencoba untuk menarik perhatian Assan Motor untuk membuka kembali pabrik perakitan mobil di Hadleyville. Gaya penyampaian Hunt yang informal dan sedikit nyeleneh berbeda sekali dengan budaya di Jepang.
Hunt pun telah menunaikan tugasnya untuk bernegoisasi dengan Assan Motors. Sekembalinya di Hadleyville, rasa frustasi pun menghampiri Hunt dikarenakan Assan Motors tidak memberikan response positif atas negoisasi yang Hunt lakukan. Assan Motors lah satu-satunya harapan Hunt dan penduduk kota Hadleyville. 1 Minggu berlalu dari kepulangan Hunt ternyata Assan Motors mengunjungi Hadleyville dan tertarik untuk membuka kembali pabrik perakitan mobil. Utusan yang dikirim oleh Assan Motors adalah Oishi Kazihiro untuk menjadi direktur pabrik perakitan mobil yang akan dibuka. Hal ini merupakan kabar bahagia bagi penduduk Hadleyville, perekonomian mereka akan kembali membaik. Perayaan meriah dilakukan penduduk Hadleyville untuk menyambut kedatangan Oishi Kazihiro dan tim nya.
Penduduk Hadleyville dipekerjakan kembali dengan syarat tidak diperbolehkan untuk mendirikan serikat buruh, upah dibayar lebih rendah, mutasi internal di posisi pekerjaan pabrik sehingga setiap orang belajar setiap pekerjaan, dan tampaknya mustahil diadakan untuk standar efisiensi dan kualitas. Selain itu dalam perjanjian juga mengharuskan bahwa setiap pekerja melakukan senam setiap pagi (dimana hal ini dianggap sebagai lelucon oleh pekerja Amerika tetapi merupakan tradisi bagi pekerja Jepang).
Hunt diberikan promosi besar dengan syarat bahwa Hunt dapat bekerja sebagai penghubung antara manajemen Jepang dan pekerja Amerika, memperlancar transisi dan meyakinkan para pekerja untuk mematuhi aturan-aturan baru. Lebih dari itu ternyata Hunt memilih untuk menjaga promosinya dibandingkan dengan kesejahteraan para pekerja. Hunt melakukan berbagai macam cara untuk mengelabui para pekerja Amerika agar tetap patuh terhadap aturan. Tapi ternyata benturan budaya menjadi semakin besar dan dia mulai kehilangan kendali terhadap kesabaran para pekerja Amerika.
Konflik demi konflik pun mulai bermunculan antara pegawai Amerika dengan manajemen Jepang. Mangement Jepang yang terkenal dengan etos kerja dan disiplin yang tinggi serta kemajuan kantor/pabrik adalah harga mutlak yang harus dicapai berbeda sekali dengan etos kerja yang dimiliki oleh pegawai Amerika. Pegawai Amerika terkesan lebih nyantai dalam berkerja dan kurang disiplin serta mencampuradukkan kepentingan keluarga dengan kepentingan kantor. Singkat kata Management Jepang menjadikan pegawainya sebuah robot/mesin penghasil produk untuk kemajuan perusahaan yang hal ini berbeda sekali dengan budaya Amerika bahwa lebih memanusiakan manusia.
Hunt pun sadar benturan-benturan ini harus dipecahkan. Untuk memecahkan masalah, Hunt bernegosiasi dengan Kazihiro. Dia meminta kenaikan gaji untuk para pekerja jika pabrik dapat memproduksi 15.000 mobil dalam satu bulan, seperti yang pernah dilakukan oleh pabrik mobil di Jepang. Selain itu dia juga meminta agar sisa pengangguran di Hadleyville dipekerjakan pada pabrik tersebut. Namun, jika para pekerja tak dapat menyanggupi, mereka tidak akan mendapatkan apa-apa. Kazihiro pun menyetujuinya. Ketika Hunt mengatakan kepada para pekerja tentang kesepakatan tersebut, mereka menolak keras pada gagasan untuk membuat begitu banyak mobil dalam waktu sesingkat itu. Dan dii bawah tekanan, Hunt berbohong dengan mengatakan bahwa jika mereka dapat memproduksi 13.000 mobil saja, mereka akan mendapatkan sebagian kenaikan. Setelah hampir satu bulan bekerja dengan tak kenal lelah, mereka akhir nya mengetahui bahwa Hunt berbohong. Dan mereka pun mogok kerja, padahal produksi sudah memasuki tahap 14.000 mobil.
Karena pemogokan, Assan Motors berencana untuk meninggalkan pabrik lagi, yang berarti akhir dari perekonomian Hadleyville. Hunt merespons dengan berbicara kepada pekerja bahwa alasan sebenarnya para pekerja menghadapi kesulitan beradaptasi karena Jepang memiliki etos kerja yang Amerika telah tinggalkan. Sementara pekerja tidak terkesan, Hunt berharap untuk menyelamatkan kota dan menebus kesalahannya. Begitu juga dengan Kazihiro, yang putus asa dalam meyakinkan atasan nya, kembali ke pabrik bersama dan mulai membangun mobil dengan Hunt. Terinspirasi oleh aksi Hunt dan Kazihiro, para pekerja kembali dan terus bekerja menuju tujuan mereka, dan target 15.000 mobil untuk diproduksi. Tepat sebelum pemeriksaan akhir, ketika hanya tersisa 6 mobil lagi untuk melengkapi 14.994 sisanya, Hunt dan para pekerja berbaris sejumlah mobil lengkap dengan harapan mengelabui para eksekutif. Tipuan gagal, tetapi Hunt berhasil meyakinkan CEO Assan Motors dengan cerita Bola Basket nya. CEO pun terkesan dan akhirnya setuju untuk menaikkan gaji dari para pekerja sesuai yang telah dijanjikan.
Pada akhirnya, para pekerja Amerika dan manajemen Jepang menyetujui untuk mengurangi sebagian di persyaratan mereka, sementara para pekerja setuju untuk bersikap lebih kooperatif dan memiliki etos kerja yang tinggi serta kedisiplinan tinggi dengan tidak meninggalkan sisi kemanusian pekerja.
Sesampainya di Tokyo , Hunt sedikit kesulitan mencari markas Assan Motors. Selama perjalanan menuju Assan Motors, Hunt melihat keadaan Tokyo yang berbeda dari Amerika, baik budaya maupun kedisiplinannya. Di Tokyo inilah Hunt bertemu pertama kali dengan Oishi Kazihiro (Gedde Watanabe) yang merupakan kelak akan menjadi partner kerja Hunt Stevenson. Hunt melihat Oisi Kazihiro sedang melakukan sesuatu yang menurut Hunt aneh. Oisi Kazihiro sedang mengikuti latihan mental dan fisik bagi manager yang gagal. Oisi Kazihiro terlalu lunak pada pekerjaannya sehingga dia diwajibkan mengikuti latihan kembali dan ini merupakan kesempatan terakhir bagi Oishi Kazihiro. Disini dapat kita lihat awal perbedaan budaya kerja Jepang dan Amerika. Hunt pun memulai presentasi nya kepada pihak Assan Motors. Dengan gaya Amerika nya Hunt mencoba untuk menarik perhatian Assan Motor untuk membuka kembali pabrik perakitan mobil di Hadleyville. Gaya penyampaian Hunt yang informal dan sedikit nyeleneh berbeda sekali dengan budaya di Jepang.
Hunt pun telah menunaikan tugasnya untuk bernegoisasi dengan Assan Motors. Sekembalinya di Hadleyville, rasa frustasi pun menghampiri Hunt dikarenakan Assan Motors tidak memberikan response positif atas negoisasi yang Hunt lakukan. Assan Motors lah satu-satunya harapan Hunt dan penduduk kota Hadleyville. 1 Minggu berlalu dari kepulangan Hunt ternyata Assan Motors mengunjungi Hadleyville dan tertarik untuk membuka kembali pabrik perakitan mobil. Utusan yang dikirim oleh Assan Motors adalah Oishi Kazihiro untuk menjadi direktur pabrik perakitan mobil yang akan dibuka. Hal ini merupakan kabar bahagia bagi penduduk Hadleyville, perekonomian mereka akan kembali membaik. Perayaan meriah dilakukan penduduk Hadleyville untuk menyambut kedatangan Oishi Kazihiro dan tim nya.
Penduduk Hadleyville dipekerjakan kembali dengan syarat tidak diperbolehkan untuk mendirikan serikat buruh, upah dibayar lebih rendah, mutasi internal di posisi pekerjaan pabrik sehingga setiap orang belajar setiap pekerjaan, dan tampaknya mustahil diadakan untuk standar efisiensi dan kualitas. Selain itu dalam perjanjian juga mengharuskan bahwa setiap pekerja melakukan senam setiap pagi (dimana hal ini dianggap sebagai lelucon oleh pekerja Amerika tetapi merupakan tradisi bagi pekerja Jepang).
Hunt diberikan promosi besar dengan syarat bahwa Hunt dapat bekerja sebagai penghubung antara manajemen Jepang dan pekerja Amerika, memperlancar transisi dan meyakinkan para pekerja untuk mematuhi aturan-aturan baru. Lebih dari itu ternyata Hunt memilih untuk menjaga promosinya dibandingkan dengan kesejahteraan para pekerja. Hunt melakukan berbagai macam cara untuk mengelabui para pekerja Amerika agar tetap patuh terhadap aturan. Tapi ternyata benturan budaya menjadi semakin besar dan dia mulai kehilangan kendali terhadap kesabaran para pekerja Amerika.
Konflik demi konflik pun mulai bermunculan antara pegawai Amerika dengan manajemen Jepang. Mangement Jepang yang terkenal dengan etos kerja dan disiplin yang tinggi serta kemajuan kantor/pabrik adalah harga mutlak yang harus dicapai berbeda sekali dengan etos kerja yang dimiliki oleh pegawai Amerika. Pegawai Amerika terkesan lebih nyantai dalam berkerja dan kurang disiplin serta mencampuradukkan kepentingan keluarga dengan kepentingan kantor. Singkat kata Management Jepang menjadikan pegawainya sebuah robot/mesin penghasil produk untuk kemajuan perusahaan yang hal ini berbeda sekali dengan budaya Amerika bahwa lebih memanusiakan manusia.
Hunt pun sadar benturan-benturan ini harus dipecahkan. Untuk memecahkan masalah, Hunt bernegosiasi dengan Kazihiro. Dia meminta kenaikan gaji untuk para pekerja jika pabrik dapat memproduksi 15.000 mobil dalam satu bulan, seperti yang pernah dilakukan oleh pabrik mobil di Jepang. Selain itu dia juga meminta agar sisa pengangguran di Hadleyville dipekerjakan pada pabrik tersebut. Namun, jika para pekerja tak dapat menyanggupi, mereka tidak akan mendapatkan apa-apa. Kazihiro pun menyetujuinya. Ketika Hunt mengatakan kepada para pekerja tentang kesepakatan tersebut, mereka menolak keras pada gagasan untuk membuat begitu banyak mobil dalam waktu sesingkat itu. Dan dii bawah tekanan, Hunt berbohong dengan mengatakan bahwa jika mereka dapat memproduksi 13.000 mobil saja, mereka akan mendapatkan sebagian kenaikan. Setelah hampir satu bulan bekerja dengan tak kenal lelah, mereka akhir nya mengetahui bahwa Hunt berbohong. Dan mereka pun mogok kerja, padahal produksi sudah memasuki tahap 14.000 mobil.
Karena pemogokan, Assan Motors berencana untuk meninggalkan pabrik lagi, yang berarti akhir dari perekonomian Hadleyville. Hunt merespons dengan berbicara kepada pekerja bahwa alasan sebenarnya para pekerja menghadapi kesulitan beradaptasi karena Jepang memiliki etos kerja yang Amerika telah tinggalkan. Sementara pekerja tidak terkesan, Hunt berharap untuk menyelamatkan kota dan menebus kesalahannya. Begitu juga dengan Kazihiro, yang putus asa dalam meyakinkan atasan nya, kembali ke pabrik bersama dan mulai membangun mobil dengan Hunt. Terinspirasi oleh aksi Hunt dan Kazihiro, para pekerja kembali dan terus bekerja menuju tujuan mereka, dan target 15.000 mobil untuk diproduksi. Tepat sebelum pemeriksaan akhir, ketika hanya tersisa 6 mobil lagi untuk melengkapi 14.994 sisanya, Hunt dan para pekerja berbaris sejumlah mobil lengkap dengan harapan mengelabui para eksekutif. Tipuan gagal, tetapi Hunt berhasil meyakinkan CEO Assan Motors dengan cerita Bola Basket nya. CEO pun terkesan dan akhirnya setuju untuk menaikkan gaji dari para pekerja sesuai yang telah dijanjikan.
Pada akhirnya, para pekerja Amerika dan manajemen Jepang menyetujui untuk mengurangi sebagian di persyaratan mereka, sementara para pekerja setuju untuk bersikap lebih kooperatif dan memiliki etos kerja yang tinggi serta kedisiplinan tinggi dengan tidak meninggalkan sisi kemanusian pekerja.