Heboh persepakbolaan sedang melanda negeri ini, dari orang yang emang penyuka bola, penyuka bola dadakan sampai dengan politisi ikut meramaikannya. Semua mata tertuju pada kompetesi bola yang bergengsi untuk kawasan Asean tesebut (AFF). Indonesia sebagai salah satu finalis memang membawa kebahagiaan tersendiri bagi masyarakatnya dimana selama ini masyarakat kita haus akan kemenangan, khususnya kompetisi bola untuk level internasional. Kehausan tersebut ditunjukkan oleh kegembiraan dari semua lapisan masyarakat. Semua bersatu merayakan, larut dalam kebersamaan . Tiada lagi yang kaya, tiada lagi yang miskin, tiada lagi sukuisme, tiada lagi status, semua di persatukan oleh sepak bola.
Bayangkan saja, perhatian masyarakat dialihkan begitu saja dari kejadian-kejadian yang sedang terjadi di negeri ini, kasus Gayus, musibah yang beberapa bulan lalu terjadi seakan-akan dilupakan sementara oleh kompetisi AFF ini. Masyarakat begitu bangganya tim kesayangan mereka masuk ke babak final dengan mudahnya mengalahkan lawan-lawan mereka di babak penyisihan sampai dengan babak semifinal dan merupakan satu-satunya tim yang memperoleh nilai sempurna tanpa kekalahan. Dalam babak penyisihan Malaysia yang notabene merupakan negara yang sering bersiteru dengan Indonesia, dapat dikalahkan dengan mudahnya dengan skor 5-1. Hal ini membuat nasionalisme rakyat Indonesia naik drastis serta terpuaskan dapat mempercundangi malaysia yang selama ini dianggap musuh oleh rakyat Indonesia. Kemenangan berikutnya dari 6-0 dari Laos semakin menambah kegembiraan masyarakat Indonesia serta kepercayaandiri pemain Timnas untuk melaju ke semifinal melawan Philipina. Semifinal melawan Philipina menentukan Indonesia masuk atau tidaknya dalam putar final. Dari 2 kali pertandingan melawan Philipina di semifinal dengan sistem Home way, Timnas Indonesia sekali lagi menunjukkan keperkasaannya, seakan-akan singa bagun dari tidur lamanya. Ribuan puja puji mengalir drastis buat Timnas, timnas menjadi pahlawan ditengah kehausan masyarakat kita akan arti sebuah kemenangan yang dapat dibanggakan.
Puja-puji menjadi euforia dan berkesan berlebihan. Segala sepak terjang timnas dan privasi pemain pun menjadi makanan media untuk memenuhi keingintahuan publik. Masyarakat berbondong-bondong ingin melihat pahlawan dan idola mereka seperti 2 pemain naturalisasi Cristian Gonzalez dan Irfan Bachdim. Mereka menjelma menjadi idola baru menggantikan idola lama. Tidak hanya pemain yang merasakan kebagiahaan dipuja-puja oleh ribuan masyarakat kita, ternyata di sisi lain banyak pihak yang meraup keuntungan dari kondisi ini. Pengusaha baju tidak mau menyia-nyiakan kesempatan langka ini untuk meraup keuntungan. Gayung pun bersambut, tingginya nasionalisme masyarakat dengan seketika membuat kaos-kaos timnas serta atribut bola lainnya laku keras demi menunjukkan dukungan, doa, semangat agar timnas kesayangan menang dalam laga pertandingan. Euforia ini masih berlanjut sampai dengan sekarang hingga 29 Desember 2010 (final leg 2) nanti puncak yang menentukan siapa yang pantas membawa pulang piala AFF.
Sekali lagi Sepak Bola menjadi pemersatu di negeri ini, semua membaur menjadi satu mendukung Timnas kesayangan Indonesia. Semoga bukan hanya semusim saja euforia seperti ini, tetapi seterusnya. Timnas kita butuh dukungan moril baik kalah maupun menang. Janganlah menjadi orang yang picik, jika menang di puji, dan jika kalah di hujat. Marilah kita dukung Timnas kita baik suka maupun duka serta mendukung sportifitas demi kemajuan persepakbolaan dan persatuan kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar