22 Desember...Siapapun tahu akan tanggal itu. Tanggal dimana setiap ibu di pelosok negeri ini berhak utnuk dimuliakan dan dibahagiakan oleh anak-anaknya. Pantaslah seorang ibu diditinggikan derajatnya pada hari tersebut dan di hari lainnya, mengingat Ibu merupakan sumber kehidupan dan inspirasi kita didunia ini.
Ibu..bukanlah sekedar kata yang terdiri dari 3 huruf saja tetapi bagiku kata ibu merupakan awal kehidupanku didunia ini. 9 bulan 10 hari dia berjuang penuh kasih sayang merawatku dikandungannya. Memberikan aku gizi yang lengkap supaya kelak aku menjadi bayi yang sehat dan pintar. Membawaku kemanapun dia pergi walau itu berat bagi dia karena badannya bertambah ketika mengandungku, tetapi dia tidak pernah mengeluh. Dia benar-benar menjagaku dan menyayangiku walau mungkin setiap hari aku menendangnya ketika didalam kandungan yang menyebabkan dia sedikit kesakitan. 9 bulan dia menanggungnya tanpa lelah sedikitpun. Tidak sampai disitu saja, tantangan berikutnya ketika dia bertaruh nyawa untuk melahirkanku ke dunia. Dia rela menukarkan nyawanya demi untuk melahirkan aku. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana sakitnya saat ibu melahirkanku, tetapi ibuku dan ibu-ibu di dunia ini sanggup menahan rasa sakit itu demi melihat anak yang dikandungnya dengan penuh kasih sayang lahir ke dunia. Tidak sampai disitu, tugas ibu semakin berat untuk membesarkan anaknya. Setiap malam dia rela untuk menahan kantuk demi menjaga anaknya untuk tidur nyenyak dan nyaman. Dia juga rela menahan sakit ketika bayinya menggigit payudaranya ketika menyusui. Dan sekali lagi dia menunjukkan ketulusan hatinya dalam menyayangi anak-anaknya.
Bagiku guru pertamaku bukanlah guru yang mengajariku baca tulis di TK maupun sekolah dasar, guru pertamaku adalah ibuku..Dia mengajariku berjalan, mengajariku mengucapkan kata pertamaku dan mengajariku lika-liku kehidupan..Dialah guru kehidupanku sampai sekarang. Aku masih ingat dikala aku kecil dimana kenakalanku kadang membuat dia kesal sehingga dia menghukumku dan aku berontak mengatakan ibu jahat. Pernah sekali aku melihat dia menangis setelah menghukumku dan sikap berontakku, kelak baru aku sadar dia terluka karena telah menghukumku. Hukuman tersebut dilakukannya semata-mata bukan kekesalan dia atas kenakalanku, tetapi dia mengajariku tentang mana yang benar dan mana yang tidak benar. Dia mengajariku dengan sikap keras jika aku melanggar norma apalagi nilai-nilai agama, tetapi dia juga mengajariku kelembutan bagaimana menyayangi dan mencintai.
Keluargaku bukanlah keluarga yang berada yang semua serba ada. Semua harus didapat dengan kerja keras. Gaji ayah dikala itu masih kurang untuk menghidupi makan keluaga dan sekolah anak-anaknya. Di situasi tersebut ibuku tampil sebagai tulang punggung keluarga kedua. Demi kebutuhanku dan saudaraku dia rela mengeluarkan keringatnya. Satu lagi ilmu yang kudapatkan dari dia, kerja keras dan pantang menyerah. Oh ibu jasamu sangat berarti buatku.
Kasih sayang ibu tiada habisnya sampai sekarang, dia tetap menyangiku sama seperti saat aku masih dikandungan. Aku tahu setiap hari dia mendoakan kebahagiaan semua anak-anaknya dan itu tulus dilakukannya tanpa pamrih. Kini usianya tidaklah muda lagi, raut wajahnya tidak sekencang dulu, tubuhnya tidak sekuat dan setegak dulu tetapi kasih sayangnya tetap membara seperti dulu. Oh ibu bagaimana aku membalas jasamu, aku sangat ingin membalasnya walaupu aku tau sebesar apapun aku membalas kebaikanmu tidak akan cukup membalas perjuanganmu membesarkan anak-anakmu. Aku ingin membasuh telapak kakimu bu dan memasuki surga melalui telapak kaki mu juga bu.
Dalam Islam sosok seorang ibu mempati derajat tertinggi dikarenakan jasa-jasa seorang ibu. Rosulullah menempatkan posisi seorang Ibu sangat tinggi diatas kaum pria. Dalam hadis shahih diriwayatkan bahwa ada seseorang bertanya pada Rosul :”Siapakah orang yang pantas aku hormati ya Rosul?” Jawab Rosul : “Ibu mu.” “Lalu setelah itu siapa lagi Ya Rosul? Jawabnya “Ibu mu.” Masih belum puas orang itu bertanya lagi : “Sesudah itu siapa lagi ya Rosul?” jawabnya lagi : “Ibu mu” sudah tiga kali jawab Rosul tetap “Ibu mu.” Orang itu tetap masih penasaran bertanya lagi: “Setelah itu siapa lagi ya Rosul?” Jawab Rosul : “Ayah mu”. Jadi kedudukan Ayah dapat peringkat keempat, sementara Ibu menduduki peringkat 1 sampi 3.
Berbahagialah orang-orang yang masih memiliki ibu, jangan sia-sia kan kesempatan anda untuk membahagiakannya, walau kebahagian yang diberikan seorang anak tidak akan pernah membalas jasa-jasa seorang ibu. Jangan pernah menghardik seorang ibu, karena murka ibu juga murka Allah SWT. Muliakanlah ibumu setiap saat dan jangan pernah menyakiti hatinya. Ridho ibu merupakan ridho Allah SWT. 22 Desember merupakan tanggal untuk mengingatkan kita agar selalu memuliakan ibu setiap saat sampai ajalnya menjemput.
Terima Kasih bu..
Aku sangat mencintaimu bu..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar